Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masih, Masih, dan Masih Sering Meninggalkan Shalat!

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menganugerahkan nikmat Iman dan Islam. Shalawat beserta salam semoga selalu dicurahkan bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya sampai akhir zaman.

Shalat merupakan tiang agama sekaligus media komunikasi terbaik antara seorang hamba dengan RabbNya. Shalat merupakan bukti kecintaan seorang hamba kepada RabbNya dan bukti rasa syukurnya atas karunia dan anugrahNya. “Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’ .” (Al-Baqarah : 238)

Posisi Shalat dalam kehidupan seorang Muslim amat sangat penting dan tidak boleh diabaikan,Ia bagaikan posisi kepala dalam jasad seorang manusia.Dimana hampir dipastikan,bahwa tidaklah ada maknanya sebuah jasad tanpa kepala. Shalat juga merupakan pembeda hakiki antara seorang Mukmin dan Kafir.

Shalat juga merupakan ibadah paling pertama yang diwajibkan Allah kepada hambaNya. Allah mewajibkan shalat dengan cara bercakap-cakap langsung dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di malam Mi’raj.Shalat juga merupakan amalan pertama yang akan dihisab kelak di Yaumul Akhir, seperti ditegaskan dalam dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

“Amalan seorang hamba yang paling pertama dihisab di Hari Kiamat adalah Shalat,jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, dan jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”(HR. Ath-Thabarani)

Dari Abu Hurairah, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Sesungguhnya amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dimasa yang serba kacau dan lebih dari Jahiliyah masih ada sebagian dari umat Islam menganggap shalat hanya semata-mata sebagai suatu ritualitas dalam agama yang amalnya akan bermanfaat kelak dihari kiamat selaku penolong dalam menghadapi siksaan Allah. Padahal pendapat yang demikian ini tidak sepenuhnya dapat dibenarkan, sebab manusia ini memiliki dua kehidupan yang seimbang; yaitu kehidupan masa sekarang atau alam duniawi dan kehidupan masa yang akan datang atau alam akhirat. Shalat Lima Waktu adalah shalat fardhu (shalat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa.

Banyak umat Islam yang belum mampu merasakan lezatnya beribadah shalat kepada Allah, dan banyak pula umat Islam yang masih sering meninggalkan melaksanakan shalat wajib 5 waktu, dan bahkan masih banyak sekali orang yang mengaku beragama Islam tapi tidak peduli dengan masalah kewajiban mengerjakan shalat. Padahal begitu besar manfaat dan pahala shalat bagi seorang umat manusia.


Sesungguhnya shalat mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah Subhânahu wa Ta’âla yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah yang lain sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qurân dan as-Sunnah, diantaranya:
1. Shalat sebagai pondasi agama Islam.
Suatu bangunan tidak akan berdiri dan tegak kecuali dengan adanya pondasi yang kokoh. Kedudukan shalat mendapatkan tempat yang tinggi setelah mengucapkan syahadatain sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu: persaksian bahwa tiada Ilah yang berhak untuk diibadahi/disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

2. Shalat adalah Induk ibadah dan keta’atan yang paling utama.
Hal ini dikarenakan banyaknya nash-nash dari al-Qurân yang memerintahkannya, menjaganya dengan melaksanakannya tepat waktu dan menunaikannya dengan baik sebagaimana firman Allah Subhânahu wa Ta’âla: “Peliharalah segala shalatmu dan peliharalah shalat wustha dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. al-Baqarah: 238)

Dalam ayat yang lain Allah Ta’âla berfirman: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’.” (QS. al-Baqarah: 43)

3. Wasiat terakhir yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat adalah shalat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jagalah shalat, jagalah shalat dan berlaku baiklah terhadap budak-budak yang kamu miliki.” (HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)

4. Shalat adalah mata air yang berisi kesucian dan ampunan Allah ‘Azza wa Jalla
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagaimana pendapat kalian jika ada mata air yang mengalir di depan pintu salah seorang dari kalian, lalu ia mandi lima kali setiap hari, apakah masih tersisa kotoran di tubuhnya ? Mereka menjawab; tentu saja tidak ada kotoran yang tersisa, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata; seperti itulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa.” (Muttafaqun ‘alaihi)

5. Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab pada Hari Kiamat
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Qurt radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya dan jika buruk maka buruklah seluruh amalannya.” (HR. Thabraani)

6. Shalat merupakan jaminan keamanan dari api neraka
Hal ini diriwayatkan dari Abu Zuhair ‘Ammarah bin Ruwaibah radhiyallahu ‘anhu ia berkata aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak akan masuk neraka seorang yang mengerjakan shalat sebelum terbit dan tenggelam matahari, yakni shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar.” (HR. Muslim)

7. Shalat merupakan jalan untuk memperoleh keberuntungan dan kemenangan yang besar dalam menjalankan kehidupan
dan juga merupakan obat dari keluh kesah yang dirasakan manusia dan sebaik-baik sarana untuk mencapai ketenangan jiwa. Hal ini dapat dilihat setelah mengkaji ayat-ayat al-Qurân dan hadits-hadits rasul yang menjelaskan hal yang demikian diantaranya firman Allah Subhânahu wa Ta’âla:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang mu’min (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. al-Mu’minuun: 1-2)
Dalam ayat yang lain Allah Ta’âla berfirman: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang menegakkan shalat, yang mereka itu mengerjakan shalat secara terus-menerus.” (QS. al-Ma’aarij: 19-23)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Diantara perkara dunia yang aku senangi adalah wanita dan wangi-wangian dan kesejukan pandanganku terdapat dalam shalat.” (HR. Ahmad, an-Nasa’I, al-Hakim dan al-Baihaqi)

8. Begitu pentingnya ibadah shalat ini
maka syari’at Islam sangat menaruh perhatian kepadanya sehingga shalat wajib dikerjakan baik seseorang adalah Musafir atau seorang Muqim (tidak dalam keadaan safar), dalam keadaan aman atau dalam keadaan ketakutan seperti dalam suasana perang dimana Rasulullah tetap melaksanakan shalat dan dalam keadaan sakit ataupun sehat

9. Shalat adalah ibadah laksana pelita yang menerangi hidup seseorang.
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat adalah pelita.” (HR. Muslim)

10.  Shalat sebagai salah satu sifat orang yang bertaqwa
sebagaimana firman Allah Subhânahu wa Ta’âla: “Alif laam miim. Kitab (al-Qurân) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al-Baqarah: 1-3)

Hukum Meninggalkan Shalat

Telah sepakat para ulama bahwa shalat fardhu lima waktu sehari semalam hukumnya adalah wajib atas setiap muslim dan muslimah yang sudah berakal, baligh dan suci dari hadats. Dan shalat merupakan ibadah badaniyah yang tidak boleh diwakilkan kepada siapapun, dan telah ijma’ kaum muslimin bahwa orang yang menentang dan mengingkari kewajiban shalat lima waktu maka ia adalah kafir dan keluar dari agama Islam karena tetapnya kewajiban shalat ini dengan dalil-dalil yang qath’I (tegas) yaitu dari al-Qurân dan sunnah serta ijma’.
Adapun siapa yang meninggalkannya karena malas dan menganggap enteng perkara ini tanpa mengingkari tetang kewajibannya maka orang tersebut dihukumi sebagai orang muslim yang Fasiq dan telah melakukan maksiyat dan dosa besar.

Ancaman dan Hukuman Bagi yang Meninggalkannya
1. Hukuman di Akhirat
Akan menyebabkan pelakunya masuk ke dalam Neraka Saqar sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Allah Subhânahu wa Ta’âla

“Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam neraka Saqar? Mereka menjawab; Kami dahulu sewaktu hidup di dunia tidak termasuk orang-orang yang mendirikan shalat.” (QS. al-Muddatstsir: 42-43)

Dalam ayat lain Allah Ta’âla berfirman:
“Celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai mengerjakannya.” (QS. al-Maa’un: 4-5)

Dan di dalam ayat lainnya Allah Ta’âla berfirman:
“Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang mereka menyia-nyiakan shalat dan mengikuti hawa nafsunya, maka kelak mereka akan mendapatkan azab yang berlipat ganda.” (QS. Maryam: 59)

Syaikh Abdurrahman Natsir as-Sa’di rahimahullah di dalam perkataan beliau dalam menafsirkan ayat ini: “Apabila seorang muslim berani mengabaikan shalat yang merupakan tiang agama, timbangan atau tolak ukur keimanan dan keikhlasan kepada Rabbul’alamin, yang merupakan setinggi-tingginya dan seutama-utamanya amalan, maka tentunya ibadah yang lain lebih ia abaikan dan sia-siakan.” Lalu Syaikh rahimahullah melanjutkan perkataannya; “Yang menyebabkan mereka meninggalkan ibadah tersebut adalah karena mereka mengikuti hawa nafsunya dan kehendaknya sehingga mereka lebih mendahulukannya daripada menjalankan hak-hak Allah ‘Azza wa Jalla.” Tentu hukuman yang pantas baginya adalah azab Allah ‘Azza wa Jalla di akhirat.

2. Hukuman di Dunia
Menurut mazhab Hanafiyah bahwa orangyang meninggalkan shalat karena malas dia telah fasiq dan hukumannya adalah ditahan, dipukul dengan pukulan yang keras hingga keluar darah, dimana hukuman ini berlanjut sampai ia mengerjakan shalat dan taubat atau mati di dalam penjara.

Dan menurut pendapat sebagian besar para ulama; diminta untuk taubat selama 3 (tiga) hari seperti orang murtad dan jika tidak bertaubat maka ia dibunuh, dan pendapat ulama mazhab Syafi’i dibunuh sebagai had bukan karena kekufurannya karena menurut mereka bahwa mereka tidak dikafirkan namun dihukum seperti hukum Hudud yang lain (seperti had untuk pelaku zina, pencuri dan yang menuduh orang lain berzina)
Kafirkah orang yang meninggalkan shalat ?

Maka tidaklah kafir orang yang meninggalkan shalat menurut pendapat Jumhur ulama karena kafir itu berlaku kalau I’tiqadnya tidak shahih seperti meyakini shalat fardhu lima waktu itu tidak wajib dan menentang hukum wajibnya. Sedangkan apabila tidak menentang kewajiban shalat fardhu dan masih meyakini wajibnya maka tidaklah orang tersebut dikatakan kafir karena I’tiqadnya masih shahih.

Dalil-dalil yang menunjukkan tidak kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena malas

1. Firman Allah Subhânahu wa Ta’âla di dalam al-Qurân
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. an-Nisaa’: 48)

2. Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Lima shalat yang Allah wajibkan atas hamba-Nya, siapa yang melaksanakannya dan tidak menyia-nyiakannya sedikitpun, menunaikan haknya maka Allah akan memberikan untuknya janji yaitu surga dan barangsiapa yang tidak melaksanakannya maka tidak ada janji Allah baginya. Jika Allah menghendaki maka Allah akan mengazabnya dan jika Allah menghendaki Allah akan mengampuninya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’I, dan Ibnu Maajah)

3. Dalam hadits Muslim juga dijelaskan bahwa tidak kekalnya di dalam neraka bagi seseorang yang telah mengikrarkan syahadatnya;
“Barangsiapa yang telah berikrar Laa ilaaha illallah dan mengingkari setiap sembahan selain Allah, maka haram hartanya dan darahnya dan perhitungannya diserahkan kepada Allah.” (HR. Muslim)

Dan dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Akan keluar dari neraka bagi siapa yang mengatakan la ilaaha illallah sedangkan di dalam hatinya ada sebesar biji gandum dari kebaikan.” (HR. Imam Bukhori)

4.    Mengkafirkan orang yang tidak melaksanakan shalat adalah perkara yang sangat berat karena mempunyai konsekuensi yang berat dan susah untuk dilaksanakan.

5.    Melihat kondisi rata-rata umat Islam sekarang ini bahwa rata-rata mereka meyakini wajibnya mengerjakan shalat fardhu lima waktu akan tetapi karena kemalasan dan kesibukannya dengan dunia maka menghukum mereka hanya sebatas fasiq bukan kafir yang akan mengeluarkan mereka dari agama Islam, dan wajib baginya untuk segera bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla terhadap dosa meninggalkan shalat fardhu karena perbuatan ini termasuk ke dalam dosa besar.



1. Shalat Subuh berjama'ah dan banyak berzikir sesudahnya
Rosulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang melakukan shalat subuh kemudian duduk berdzikir kepada Allah swt sampai terbitnya matahari, lalu ia mendirikan shalat dua rakaat (dhuha), baginya pahala seperti pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna.” (HR. Turmudzi)
2. Shalat berjama'ah ke masjid
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahala baginya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan (melakukan) shalat seperti shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyun (kitab catatan amal orang-orang shahlih) (HR.Ahmad, Abu Dawud, dari Abu Umamah)



Firman Allah SWT :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ (٤١)

Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah; kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi; dan burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui SHALATNYA dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (24:41)


Wallahu’alam

Posting Komentar untuk "Masih, Masih, dan Masih Sering Meninggalkan Shalat!"