Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NIKMATNYA MENIKAH DENGAN PECINTA HALAL

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya” (Al Maaidah : 88).Memutuskan untuk menjadi sesuatu atau memilih sesuatu memang benar-benar ada pada masing-masing diri individu. Kita mau menjadi A atau B sudah selayaknya kita sendirilah yang memutuskannya. Demikian juga dalam memilih makanan, sekedar ingin memuaskan selera atau mengutamakan kehalalan kita jugalah yang memutuskan. Teringat setiap kali jalan-jalan dengan suami, maka mata saya tidak akan pernah melewatkan jajaran makanan di sepanjang jalan yang kita lewati.
Terlebih jika ada cake lezat dengan topping strawberry di atasnya. Hmm…manisnya. Ingin sekali mencicipinya, sedikit saja… Tapi kalau teringat nasehat suami tercinta, pikiran ingin melahap itu langsung dapat saya tepis.

“Ummi sayang, ingat belum jelas sertifikasi halalnya”.

Saat hidung ini terusik dengan aroma menggoda dari B*******k maka terlihat sang suami tersenyum manis penuh makna (melarang maksudnya, hehe..). bahkan dari minyak goreng, cemilan sehari-hari, kosmetik, dan lainnya selalu diutamakan yang berlabel dan bersertifikasi halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia).

Jujur sebelum menikah saya bukanlah orang yang terlalu pusing dengan segala sertifikasi dari MUI tersebut. Asal berlabel halal dan jelas komposisinya maka langsung saya lahap. Tetapi sejak menikah dengan suami tercinta, segala sesuatu berubah menjadi sedikit ketat. Carilah yang halal…carilah yang halal… carilah yang halal… begitulah setiap kita akan mengkonsumsi sesuatu.
Bahkan suami menekankan harus mengutamakan label halal dan sertifikasi dari MUI. Kalau sekedar label-label halal yang biasa, tunda dulu deh. Di awal-awal pernikahan dulu saya sempat bete bahkan sesekali berpura-pura sedikit ngambek.

Tapi sekarang saya malah bersyukur atas disiplin yang suami terapkan pada kami sekeluarga. Saya bersyukur karena sebenarnya tindakan suami melarang untuk tidak asal comot produk yang belum jelas kehalalannya itu bukan berarti tidak mau memenuhi keinginan keluarganya terhadap sesuatu. Tapi memang ada alasannya.
“Wahai orang-orang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (At tahrim: 6)

Istri mana yang tidak bersyukur jika mendapatkan suami yang berusaha menyelamatkan keluarganya dari api neraka?
Memang sih aspek neraka bukan hanya tergantung pada makanan. Tapi jika kita memahami makanan berperan penting dalam terjadinya suatu peristiwa, maka sudah seharusnya kita juga mau lebih memperhatikan apa-apa yang masuk ke dalam perut kita. Makanan yang haram akan mempengaruhi kerja organ-organ tubuh kita (menjadi tidak baik) dan secara psikis akan mempengaruhi kondisi kejiwaan kita. Karena status haramnya, maka tidak akan ada keberkahan dalam makanan tersebut.
Dan selanjutnya yang terjadi adalah munculnya kegelisahan, emosional, serakah, pikiran dangkal, dan lainnya yang akan menjadi pemicu awal suatu tindakan yang tidak baik. Bedakan dengan makanan yang halal. Terdapat banyak keberkahan Allah di dalamnya. Perasaan tenang, sabar, tawadhu selalu bisa dipelihara dengan baik karena mendapat pupuk (makanan halal) yang menyuburkannya.

Aktifitaspun menjadi lancar dan kita lebih terjaga dari segala perbuatan yang kurang terpuji. Bagi para ibu-ibu yang sedang bersemayam calon buah hati di dalam rahimnya, bukankah akan lebih baik jika kalian semua memberikan pendidikan dan nutrisi yang baik sejak dini? Agar kelak dia lahir dengan membawa akhlak yang baik pula. Tentu halal itu tidak sebatas pada label dan sertifikasi saja. Tapi juga berhubungan dengan cara mengolahnya, penyimpanannya, memperolehnya, dan masih banyak kategori lain untuk bisa disebut halal.

Akhirnya ketika masih saja ada orang yang bilang “Jangan munafiklah, memangnya kita benar-benar bisa melepaskan diri dari makanan yang tidak halal? Bagaimana dengan makanan-makanan yang tidak berkemas seperti masakan di warung yang tentu tidak ada label halal dari MUI?” maka jawaban saya cuma satu.
“Jauh lebih baik kita berusaha (meski berkontribusi kecil) daripada TIDAK SAMA SEKALI!”

*Terima kasih untuk yang tercinta yang selalu berusaha untuk menyelamatkan keluarga ini dari api neraka… you’re my great inspiration

rista

Posting Komentar untuk "NIKMATNYA MENIKAH DENGAN PECINTA HALAL"